Fungsi dan Kegunaan Obat Meropenem
Berikut ini merupakan Fungsi dan Kegunaan Obat Meropenem :
Meropenem adalah salah satu jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang khusus disebabkan oleh bakteri. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati kondisi neutropenia febril, yaitu kondisi demam yang disertai dengan penurunan jumlah sel darah putih jenis netrofil. Meropenem tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus.
Meropenem bekerja dengan cara membunuh atau menghentikan reproduksi bakteri yang menyebabkan infeksi. Meropenem diberikan dalam bentuk cairan dengan cara disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah melalui jarum yang dipasangkan ke salah satu nadi pasien oleh tenaga medis terlatih (intravenous/IV).
Tentang Meropenem
Jenis obat | Antibiotik golongan beta laktam |
Golongan | Obat resep |
Manfaat |
|
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan anak |
Bentuk | Suntik |
Peringatan:
- Wanita yang merencanakan kehamilan, wanita hamil, wanita menyusui, anak-anak, serta manula diperbolehkan mengonsumsi obat ini, namun disesuaikan dengan anjuran dokter.
- Penderita gangguan ginjal.
- Penderita meningitis.
- Penderita tumor.
- Penderita yang memiliki sejarah kejang.
- Penderita yang memiliki alergi terhadap obat-obatan atau makanan tertentu, bahan pengawet, bahan pewarna, dan hewan.
- Penderita yang sedang dalam perawatan lain pada waktu yang sama, termasuk terapi suplemen, pengobatan herba, atau pengobatan pelengkap lainnya.
- Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan meropenem.
Dosis Meropenem
Kondisi | Dosis awal |
Dugaan infeksi pada neutropenia febril | 1000 mg tiap 8 jam |
Mengobati septikemia | 1000 mg tiap 8 jam |
Mengobati pneumonial, ISK, infeksi ginekologik, endometritis, infeksi kulit & struktur kulit. | 500 mg tiap 8 jam
|
Mengobati infeksi intraabdominal | 20 mg/kg BB tiap 8 jam atau 1000 mg tiap 8 jam |
Mengobati pneumonia nosokomial | 1000 mg tiap 8 jam |
Mengobati meningitis | 40 mg/kg berat badan tiap 8 jam atau |
Untuk infeksi pada anak, tanyakan dosis yang sesuai pada dokter. Dosis meropenem dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan fisik berdasarkan usia, berat badan, kondisi kesehatan, keparahan penyakit, serta respons tubuh pasien terhadap obat.
Mengonsumsi Meropenem dengan Benar
Konsumsi meropenem bersamaan dengan obat-obatan tertentu biasanya tidak direkomendasikan kecuali jika memang dibutuhkan untuk kasus tertentu. Informasikan kepada dokter Anda mengenai obat lain yang sedang dikonsumsi pada waktu yang sama, termasuk obat-obatan bebas, agar dosis dapat ditinjau dan disesuaikan kembali.
Tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini bersamaan dengan konsumsi minuman beralkohol atau tembakau (merokok). Diskusikan juga dengan dokter mengenai pantangan makanan tertentu selama mengonsumsi obat ini. Hindari juga mengemudikan atau mengoperasikan kendaraan atau mesin atau kegiatan lain yang dapat membahayakan diri selama mengonsumsi meropenem.
Pastikan untuk memonitor penggunaan obat ini pada pasien anak untuk mengetahui apakah obat bekerja dengan baik dan sesuai dengan kondisi tubuhnya. Selain itu, pastikan apakah sebaiknya diteruskan atau tidak.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Meropenem
Sama seperti obat-obat lain, meropenem juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi obat ini, antara lain:
- Kemerahan dan bengkak pada area bekas suntikan
- Demam
- Ruam kulit dan gatal
- Diare
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Sensasi kesemutan
Temui dokter bila Anda mengalami kejang, bibir atau kulit yang berwarna kebiruan, detak jantung yang cepat, dan reaksi anafilaksis yang ditandai dengan ruam merah pada kulit, pembengkakan mata dan bibir, serta pingsan.
Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala lain yang Anda curigai berhubungan dengan meropenem.
Salin URL halaman ini :
Bagikan ke temanmu :Telusuri Fungsi dan Kegunaan Obat lainnya biar tambah wawasan :- 1. Metil Salisilat
- 2. Allylestrenol
- 3. Naproxen
- 4. Ramipril
- 5. Asam Valproat
- 6. Vitamin K
- 7. Calcitriol
- 8. Isoniazid
- 9. Besi
- 10. Docosahexaenoic Acid (DHA)
- 1. Metil Salisilat
- 2. Allylestrenol
- 3. Naproxen
- 4. Ramipril
- 5. Asam Valproat
- 6. Vitamin K
- 7. Calcitriol
- 8. Isoniazid
- 9. Besi
- 10. Docosahexaenoic Acid (DHA)