Penjelasan dan Obat Trauma Kepala Berat
Berikut ini merupakan Definisi serta penjelasan Cara Menyembuhkan Penyakit Trauma Kepala Berat :
Trauma kepala berat adalah cedera yang memicu terganggunya fungsi otak. Jenis cedera otak yang mungkin terjadi meliputi lebam, jaringan yang sobek, serta perdarahan. Cedera ini berpotensi menyebabkan komplikasi jangka panjang dan bahkan kematian, sehingga harus segera ditangani di rumah sakit.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh benturan atau hentakan yang sangat keras pada kepala atau tubuh. Atau adanya objek tertentu yang masuk menembus tengkorak, misalnya serpihan tulang tengkorak yang retak atau peluru.
Gejala Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat memiliki beragam gejala yang memengaruhi fisik maupun psikologi pengidapnya. Beberapa gejala umumnya meliputi:
- Kehilangan kesadaran. Gejala ini bisa terjadi selama beberapa menit hingga beberapa jam.
- Sakit kepala berkepanjangan atau semakin parah.
- Bicara yang tidak jelas.
- Linglung.
- Sulit untuk tetap sadar atau terus-menerus merasa mengantuk pada beberapa jam setelah cedera.
- Kejang-kejang.
- Pandangan yang kabur.
- Kehilangan pendengaran.
- Muntah berulang kali.
- Perdarahan dari telinga.
- Keluar cairan bening dari hidung atau telinga. Cairan bening ini merupakan cairan serebrospinal yang biasanya mengelilingi otak dan tulang belakang.
- Mengalami amnesia.
- Lebam di belakang telinga.
- Lemas.
- Kehilangan kemampuan koordinasi tubuh, misalnya sulit menjaga keseimbangan saat berjalan.
- Uring-uringan atau menunjukkan tingkah laku yang tidak biasa.
Waktu kemunculan gejala-gejala tersebut juga bervariasi. Ada yang muncul segera setelah seseorang mengalami cedera dan ada yang baru muncul beberapa hari atau minggu setelahnya.
Sementara pada bayi serta balita yang belum bisa berkomunikasi dengan lancar, gejala-gejala kondisi ini dapat dikenali melalui perubahan kebiasaan tidur, sering sedih atau terlihat depresi, uring-uringan, serta kehilangan minat pada mainan favorit.
Segera ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi jika Anda atau anak Anda mengalami benturan pada kepala maupun tubuh. Terutama ketika muncul gejala kehilangan kesadaran. Jika Anda sendiri yang mengalami cedera, pastikan ada orang lain yang menemani Anda ke rumah sakit.
Diagnosis Trauma Kepala Berat
Setelah memastikan kondisi Anda stabil, dokter atau pekerja medis akan menanyakan gejala, kondisi, serta penyebab cedera kepala Anda pada orang yang mengantar Anda ke rumah sakit. Deskripsi gejala serta kondisi Anda yang mendetail akan membantu dokter dalam proses diagnosis. Atau dokter juga bisa bertanya kepada Anda sendiri, bila Anda dalam keadaan sadar.
Tingkat keparahan trauma kepala yang Anda alami akan dievaluasi oleh dokter melalui standar internasional yang disebut Glasgow Coma Scale (GCS). Ini adalah skala yang mengukur kesadaran penderita dengan melihat responsnya terhadap berbagai rangsangan. Dalam proses ini, ada beberapa faktor yang dijadikan dasar evaluasi, yaitu gerakan, respons verbal, dan kemampuan Anda untuk membuka mata. Skala tertinggi di angka 15, artinya seseorang dalam kesadaran penuh dan tanggap dalam merespons rangsang. Skala terburuk di angka 3, artinya seseorang dalam keadaan koma yang dalam sehingga tidak memberikan respons dengan membuka mata, berbicara, dan bergerak. Jika nilai kondisi Anda berada di bawah angka delapan, Anda akan dianggap mengalami trauma kepala yang berat.
Dokter juga akan menganjurkan pemeriksaan kondisi otak Anda dengan CT atau MRI scan jika dibutuhkan. Anda biasanya akan diminta untuk menjalani opname di rumah sakit apabila ditemukan masalah pada hasil pemindaian tersebut, gejala yang dialami tidak berkurang, Anda mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang sebelum atau saat mengalami cedera, atau tidak ada yang mengawasi Anda di rumah.
Pengobatan Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat umumnya membutuhkan penanganan di rumah sakit. Dokter atau pekerja medis akan memantau perkembangan pasien secara berkala setiap setengah jam hingga pasien benar-benar sadar dan awas. Pemantauan ini dilakukan dengan memeriksa:
- Tingkat kesadaran.
- Ukuran dan reaksi pupil mata terhadap cahaya.
- Kemampuan koordinasi tangan dan kaki.
- Pernapasan.
- Detak jantung.
- Tekanan darah.
- Suhu tubuh.
- Kadar oksigen dalam darah.
Jika kondisi pasien mengalami penurunan, dokter akan kembali menganjurkan CT scan guna mengecek kondisi otaknya. Dokter juga mungkin akan memasang monitor tekanan intrakranial. Alat ini berfungsi mengukur tekanan dalam otak pasien untuk mendeteksi tanda-tanda perdarahan di dalam tengkorak.
Operasi kraniotomi akan dianjurkan oleh dokter apabila:
- terdapat perdarahan dan pembekuan darah di lapisan pembungkus dan jaringan otak
- memar pada jaringan otak yang dapat berkembang menjadi sumbatan pembuluh darah otak
- fraktur pada tengkorak.
Prosedur ini bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan jaringan otak.
Sebagian besar pengidap trauma kepala berat membutuhkan rehabilitasi. Jenis rehabilitasi serta kombinasinya akan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan cedera dan dampaknya pada pengidap. Beberapa jenis rehabilitasi yang biasa dijalani oleh pasien kondisi ini meliputi:
- Terapi fisik untuk membantu pasien kembali mempelajari kemampuan mendasar, seperti berjalan.
- Terapi okupasi yang akan membantu pasien untuk menjalani kegiatan sehari-hari termasuk melatih kemampuan bekerja.
- Terapi bicara guna mengatasi gangguan bicara dan komunikasi.
- Terapi perilaku kognitif yang membantu pasien untuk mengubah pola pikir agar bisa beradaptasi dengan masalah secara positif dan efektif.
- Psikoterapi yang akan membantu melegakan kekhawatiran dan membuat kita lebih mengerti masalah yang sebenarnya sekaligus mengenali perasaan dan cara pikir pribadi.
- Psikiatri dapat memberikan obat-obatan dan rekomendasi perawatan lain yang dapat mengembalikan kesehatan jiwa pasien.
Komplikasi Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat berpotensi menyebabkan komplikasi serius yang bahkan bisa berakibat fatal. Semakin parah tingkat cedera otak yang dialami, tingkat keseriusan komplikasi yang mungkin terjadi juga akan semakin meningkat. Beberapa di antaranya adalah:
- Perubahan tingkat kesadaran, contohnya koma.
- Infeksi. Fraktur tengkorak atau luka tusukan bisa menyobek lapisan jaringan pelindung otak (selaput otak) sehingga bakteri bisa memasuki otak dan menyebabkan infeksi.
- Peningkatan cairan serebrospinal. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan di dalam rongga kepala dan pembengkakan otak.
- Kejang-kejang. Pengidap trauma kepala umumnya mengalami kejang dalam minggu pertama setelah cedera. Komplikasi ini juga bisa terjadi berulang kali yang disebut epilepsi pasca trauma.
- Kerusakan pembuluh darah. Komplikasi ini bisa memicu stroke serta penggumpalan darah.
- Kerusakan saraf, seperti kelumpuhan otot wajah atau kerusakan saraf mata.
- Gangguan intelektual, misalnya pada kemampuan mengingat, menyelesaikan masalah, berorganisasi, serta konsentrasi.
- Gangguan komunikasi, seperti kesulitan bicara serta sulit memahami tulisan.
- Perubahan tingkah laku serta emosi. Contohnya, tidak bisa mengendalikan diri, depresi, insomnia, dan uring-uringan.
- Perubahan fungsi indera, misalnya kehilangan indera penciuman atau perasa.
Pencegahan Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat dapat disebabkan oleh berbagai jenis cedera atau kecelakaan. Untuk menghindarinya, kita bisa melakukan langkah-langkah simpel sebagai berikut.
- Selalu mengenakan helm, contohnya saat mengendarai motor, naik sepeda, atau bekerja di lokasi konstruksi.
- Merawat peralatan serta kendaraan yang Anda gunakan agar terhindar dari kecelakaan.
- Menciptakan lingkungan rumah yang ramah anak. Misalnya, menjauhkan kursi atau sofa dari jendela agar anak tidak bisa memanjat, serta memasang pagar pada bagian bawah atau atas anak tangga.
- Meningkatkan kewaspadaan di rumah, contohnya segera menyeka cairan yang tumpah di lantai agar tidak ada yang terpeleset.
Salin URL halaman ini :
Bagikan ke temanmu :Telusuri Cara Menyembuhkan Penyakit lainnya biar tambah wawasan :- 1. Trikomoniasis
- 2. Diabetes
- 3. Infeksi Saluran Kemih
- 4. Nyeri Dada
- 5. Angin Duduk
- 6. Penyakit Alzheimer
- 7. Kutil
- 8. Perut Kembung
- 9. Keracunan Makanan
- 10. Batuk Rejan
- 1. Trikomoniasis
- 2. Diabetes
- 3. Infeksi Saluran Kemih
- 4. Nyeri Dada
- 5. Angin Duduk
- 6. Penyakit Alzheimer
- 7. Kutil
- 8. Perut Kembung
- 9. Keracunan Makanan
- 10. Batuk Rejan