Penjelasan dan Obat Spina Bifida
Berikut ini merupakan Definisi serta penjelasan Cara Menyembuhkan Penyakit Spina Bifida :
Spina bifida adalah cacat lahir yang mana ditandai dengan terbentuknya celah pada tulang belakang bayi. Kelainan ini dipicu oleh pembentukan tulang belakang yang tidak sempurna pada bayi selama dalam kandungan. Perkembangan tidak sempurna ini disebut cacat tabung saraf, dan spina bifida termasuk salah satunya.
Pada kondisi normal, embrio akan membentuk tabung saraf yang kemudian berkembang menjadi tulang belakang dan sistem saraf. Jika proses ini tidak berjalan dengan lancar, beberapa ruas tulang belakang tidak bisa menutup dengan sempurna sehingga menciptakan celah.
Struktur Tulang Belakang
Tulang belakang melindungi kanal spinal yang berisi cairan tulang belakang dan saraf tulang belakang. Saraf tulang belakang berisi kumpulan serabut saraf yang menghubungkan otak dengan berbagai organ di tubuh. Di dalam kanal spinal, saraf dilapisi oleh lapisan yang dinamakan meninges. Di luar dari tulang belakang, terdapat jaringan kulit.
Bila celah mencapai sebagian jaringan kulit, misalnya pada kulit di bagian punggung bawah, cairan tulang belakang dapat mendorongnya sehingga terbentuk kantung yang dapat terlihat di punggung bawah.
Penyebab dan Faktor Risiko Spina Bifida
Penyebab di balik spina bifida belum diketahui secara pasti. Namun para pakar menduga ada beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicunya. Di antaranya adalah:
- Kekurangan asam folat. Memiliki kadar asam folat yang cukup terutama sebelum dan selama masa kehamilan sangat penting untuk menurunkan risiko melahirkan anak dengan spina bifida. Ini merupakan faktor pemicu yang paling signifikan dalam spina bifida serta jenis cacat tabung saraf lain.
- Faktor keturunan. Orang tua yang pernah memiliki anak yang mengidap spina bifida mempunyai risiko lebih tinggi untuk kembali memiliki bayi dengan jenis kelainan yang sama.
- Jenis kelamin. Kondisi ini lebih sering dialami oleh bayi perempuan.
- Obat-obatan tertentu. Khususnya asam valproat dan carbamazepine yang digunakan untuk epilepsi atau gangguan mental (seperti bipolar).
- Diabetes. Wanita yang mengidap diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan spina bifida. Kadar glukosa berlebih dalam darah bisa mengganggu perkembangan anak.
- Obesitas. Obesitas pada masa sebelum kehamilan akan meningkatkan risiko seorang wanita untuk memiliki bayi yang mengidap spina bifida.
Wanita yang memiliki faktor-faktor pemicu tersebut dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan dokter agar langkah penanggulangan bisa dilakukan. Terutama bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan.
Jenis-jenis Spina Bifida
Spina bifida dapat dibagi dalam tiga kelompok, berdasakan lokasi serta ukuran celah yang terbentuk. Ketiga jenis spina bifida tersebut meliputi:
- Spina bifida okulta. Jenis ini termasuk spina bifida yang paling ringan dan umum karena hanya mengakibatkan terbentuknya celah kecil di antara ruas tulang punggung. Spina bifida okulta umumnya tidak memengaruhi saraf sehingga pengidapnya cenderung mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.
- Meningosel. Pada jenis ini, pembukaan yang terbentuk berukuran cukup besar sehingga ada membran pelindung saraf tulang belakang mencuat keluar dari celah di beberapa ruas tulang punggung dan membentuk kantung. Isi dari kantung adalah cairan tulang belakang dan membran pelindung, tanpa ada saraf tulang belakang. Meningosel merupakan jenis spina bifida yang paling jarang terjadi.
- Mielomeningosel. Ini merupakan jenis spina bifida yang paling serius. Pada jenis ini, kantung yang terbentuk berisi cairan tulang belakang, membran pelindung, dan saraf tulang belakang. Pada mieloskisis, kasus spina bifida terberat, kantung ini tidak memiliki kulit. Akibatnya, bayi lebih rentan untuk mengalami infeksi yang bisa mengancam jiwa.
Gejala dan Komplikasi Spina Bifida
Tingkat keparahan gejala yang dialami masing-masing pengidap spina bifida bisa bermacam-macam. Ini terjadi karena celah di tulang belakang bisa terbentuk pada lokasi yang berbeda-beda pada tiap pengidap. Selain lokasi, tingkat keparahan bergantung pada bagian apa saja yang tidak menutup sempurna.
Terdapat beragam gejala yang mungkin disebabkan oleh spina bifida. Secara umum, gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:
- Gangguan mobilitas. Kondisi yang ditandai dengan tubuh bagian bawah yang mengalami lemah otot atau bahkan lumpuh.
- Gangguan saluran kemih dan pencernaan. Pengidap spina bifida umumnya mengalami inkontinensia urine atau tinja karena adanya gangguan saraf yang mengatur saluran kemih dan pencernaan.
- Hidrosefalus. Kondisi di mana terjadi penumpukan cairan dalam otak sehingga dapat menyebabkan kejang dan gangguan penglihatan.
Pengidap spina bifida juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami meningitis serta gangguan dalam belajar di kemudian hari. Contoh gangguan dalam proses belajar yang mungkin terjadi meliputi gangguan bahasa atau menghitung serta sulit konsentrasi.
Diagnosis Spina Bifida
Pemeriksaan terhadap ada tidaknya spina bifida dan cacat lahir lain termasuk pada pemeriksaan antenatal ibu hamil. Jenis pemeriksaan terkait spina bifida adalah tes darah serta USG.
Melalui tes darah, dokter akan memeriksa kadar alfa-fetoprotein yang terkandung dalam darah ibu hamil. Kadar alfa-fetoprotein yang tinggi bisa menandakan janin berkemungkinan mengidap cacat tabung saraf, terutama spina bifida.
Setelah itu, dokter akan menganjurkan pemeriksaan melalui USG untuk memastikan diagnosis. Kelainan spina bifida umumnya dapat diketahui melalui proses USG, khususnya saat usia kehamilan berkisar antara 4,5 hingga 5 bulan.
Tes lebih lanjut yang juga mungkin disarankan adalah amniosentesis. Amniosentesis adalah prosedur pengambilan sampel cairan ketuban yang kemudian akan diperiksa di laboratorium. Sebelum menjalani tes ini, ibu hamil dianjurkan untuk mendiskusikan risikonya terlebih dulu dengan dokter karena tes ini berpotensi membahayakan janin.
Tes lain yang mungkin diperlukan adalah tes pada bayi pasca kelahiran. Bayi yang terlahir dengan spina bifida harus menjalani beberapa tes seperti USG, CT scan, atau MRI untuk menentukan tingkat keparahan dan membantu menentukan teknik pengobatan mana yang paling tepat.
Penanganan Spina Bifida
Tiap pengidap spina bifida membutuhkan langkah penanganan yang berbeda-beda. Ini tergantung pada jenis spina bifida yang dialami, tingkat keparahan gejala, serta kondisi pasien.
Langkah utama dalam menangani spina bifida adalah dengan operasi. Langkah ini umumnya dilakukan segera setelah sang bayi lahir, dalam waktu satu hingga dua hari. Tujuannya adalah untuk menutup celah yang terbentuk dan menangani hidrosefalus.
Setelah operasi, pengidap spina bifida juga biasanya membutuhkan beberapa perawatan lanjutan. Langkah ini bisa meliputi:
- Terapi untuk membantu pasien beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari, contohnya terapi okupasi atau terapi fisik.
- Alat bantu, misalnya tongkat atau kursi roda.
- Penanganan untuk gangguan saluran kemih dan pencernaan dengan obat-obatan maupun operasi.
Pencegahan Spina Bifida
Langkah utama untuk menghindarinya adalah dengan mencukupi kebutuhan asam folat, terutama selama masa kehamilan.
Konsumsi asam folat umumnya dianjurkan sejak sebelum hamil. Dosis asam folat yang disarankan adalah sebanyak 400 microgram per hari.
Selain ibu hamil dan wanita yang sedang merencanakan kehamilan, para pakar menghimbau agar wanita pada usia subur untuk mengonsumsi suplemen asam folat. Zat ini juga dapat diperoleh secara alami dengan mengonsumsi makanan yang kaya asam folat, seperti bayam, kuning telur, kacang-kacangan, serta brokoli.
Salin URL halaman ini :
Bagikan ke temanmu :Telusuri Cara Menyembuhkan Penyakit lainnya biar tambah wawasan :- 1. Sakit Lutut
- 2. Sindrom Marfan
- 3. Progeria
- 4. Solusio Plasenta
- 5. Katarak Pada Manula
- 6. Hipogonadisme
- 7. Mata Kering
- 8. Neuropati Perifer
- 9. Varikokel
- 10. Achondroplasia
- 1. Sakit Lutut
- 2. Sindrom Marfan
- 3. Progeria
- 4. Solusio Plasenta
- 5. Katarak Pada Manula
- 6. Hipogonadisme
- 7. Mata Kering
- 8. Neuropati Perifer
- 9. Varikokel
- 10. Achondroplasia